Minggu, 22 Juni 2014

KISAH CECI , GADIS TENUN DI BALIK UANG 5000




Uang pecahan 5000 rupiah sepertinya semua orang Indonesia pernah memegangnya dan sempat melihat gambar di kertas senilai 5000 rupiah itu . Tapi saya rasa tidak semua orang Indonesia tau siapa tokoh di uang kertas pecahan 5000 rupiah itu . Ya saya pikir semua orang di Indonesia yang pernah punya uang 5000 rupiah pasti tau siapa tokoh pria dalam uang itu yakni Imam Bonjol , tapi siapa model Gadis tentun di sisi satunya ?


Adalah Natasha Annestessya, yang disapa Ceci gadis yang menjadi model pengrajin tenun Pandai Sikek di pecahan Rp 5.000. Kini, Ceci telah menetap California, dan membangun keluarga di sana.

Menurut ibunya, Anna Tuturaima, Rabu (26/12/2013) saat Ceci berumur 17 tahun dirinya mengikuti pemotretan dengan alat penenun Pandai Sikek, alat tenun Sumatera Barat yang dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percatakan Uang RI (Peruri). Ketika itu, Ceci adalah mahasiswi semester III jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI).

Di tengah kesibukannya sebagai pensiunan pemandu wisata anjungan Sumatera Barat Taman Mini Indonesia Indah, Anna dengan santai menceritakan kisah anak pertamanya ini. Dari 80 kontestan yang mengikuti pemotretan, Ceci kemudian lolos dan menjadi model penenun di pecahan uang Rp 5.000 tersebut.

"Sambil pemotretan juga di tanya-tanya. Ceci yang kemudian dianggap paling pantas disandingkan dengan Tuanku Imam Bonjol," ucap Anna, ibu Ceci saat ditemui.

Ceci saat ini telah berumur 31 tahun. Dia adalah anak yang patuh dengan orang tua. Selama 4 tahun menjalani kuliah, Ceci menanggung sebagian besar uang kuliahnya dari beasiswa yang didapat.

"Dulu ibu paling bayar Rp 400.000 untuk kuliahnya, sisanya dia yang bayar. Ceci enggak pernah nyusahin saya. Dia tahu, dulu saya hanya pegawai negeri kecil. Bahkan sampai menikah, Ceci enggak pernah nyusahin," ucap Anna.

Saat Ceci bekerja di salah satu perusahaan swasta Jakarta, Ceci tak pernah absen menelpon ibunya menanyakan apa yang ibunya masak.

"Mami masak apa? Ceci kangen sambel mami," cerita Anna yang menahan air mata di pelupuk matanya.

Anna mengaku merindukan Ceci, namun melihat Ceci bahagia itu sudah membuat Anna bahagia. Anna tak pernah menunjukkan kesedihannya di depan Ceci, namun diakui, dirinya kerap menangis usai berbincang melalui telepon selulernya.

Sejak 7 tahun yang lalu, saat berumur 25 tahun, Ceci menikah dengan David, warga negara Amerika Serikat. Dia belum pernah kembali ke Indonesia.

"Ceci enggak pernah bisa ke Indonesia, karena  ukuran otaknya lebih besar dibanding otak orang biasa. Jadi, Ceci enggak bisa naik pesawat lebih dari 5 jam. Tapi tahun depan kata dokter sudah bisa kesini. Doakan saja ya," ucap Anna dengan senyuman kecilnya.

Anna kembali bercerita, putrinya, Ceci adalah anak yang pintar. Saat SMA, dia mendapatkan skor TOEFL terbaik se-SMA dengan nilai 600 dan pernah menjadi karyawan terbaik di Amerika.

"Ceci enggak pernah cerita kalau menang apa, lolos apa, dia enggak mau cerita. Dia bilang, itu biasa saja enggak usah di cerita-ceritain," ucap Anna.

Anna yang sudah menjadi pemandu di anjungan Sumatra Barat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) selama 38 tahun ini berharap agar anaknya sehat dan rumah tangganya rukun.

"Kalau minta anak itu kan di tangan Tuhan ibu enggak minta apa-apa. Asal Ceci baik-baik aja di sana," harap Anna.

Referensi : kompas.com

MEMAHAMI INTELEGENSI MANUSIA


Apakah makna intelegensi yang sesungguhnya ?

Masyarakat umumnya mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu naik kelas dengan nilai baik atau siswa yang jempolan di kelasnya. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi, matanya bersinar atau berkacamata. Sebaliknya gamabran anak yang berintelegensi rendah membawa citra seseorang yang lamaban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata bingung.


Pandangan awam sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak memberikan arti yang jelas tentang intelegensi namun pada umumnya tidak berbeda jauh dari makna intelegensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ahli. Apapun definisinya, maka intelegensi memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan.
.

Kekaburan lingkup konsep mengenai intelegensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Mereka beranggapan bahwa intelegensi mirip status mental yang tidak memerlukan definisi, sedangkan perilkau intelegensi lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya sehingga lebih berguna untuk dipelajari. Dengan melakukan identifikasi terhadap ciri-ciri dan indikator-indikator perilaku intelegensi akan terkandung di dalamnya, berikut ini akan disampaikan urutan singkat tentang intelegensi.

Macam-macam intelegensi :


1. Intelegensi terikat dan bebas;

2. Intelegensi menciptakan (kreatif) dan meniru (eksekutif).



Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi manusia :


a) Pembawaan

Intelegensi bekerja dalam suatu situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya;


 b) Kematangan
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi dapat tumbuh dan berkembang.

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris (intelligence).
Intelligence sendiri adalah terjemahan dari bahasa Latin intellectus dan intelligentiaĆ¢. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol tahun 1951 Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.

Definisi tentang intelegensi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu diantaranya:


1. Andrew Crider Tahun 1983, mengatakan bahwa intelegensi itu bagaikan listrik, mudah untuk diukur tapi hampir mustahil untuk didefinisikan.


2. Alfred Binet, tokoh utama perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi terdiri atas tiga komponen, yaitu

 :
·      Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan:
·      Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan;


·      Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan aautocriticism;


3. George D. Stoddard 1941, menyebut intelegensi sebagai bentuk kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan :
·      

1. Mengandung kesukaran;
·      
2. Kompleks;

·      3. Abstrak;
·      
4. Diarahkan pada suatu tujuan;

·      5. Ekonomis;
·      
6. Mempunyai nilai sosial.


4. David Wechsler 1958, pencipta skala-skala intelegensi Wechsler yang popular mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara nasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.


5. Walters dan Gardnes 1986, mendefinisikan intelegensi sebagai serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.


6. Flynn 1987, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.



Bebarapa uraian ringkas mengenai teori intelegensi beserta tokohnya masing-masing :


1. ALFRED BINET, Mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetic yaitu berkembang dari suatu faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang.


2. EDWARD LEE THORNDIKE, Teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampilkan dalam wujud perilaku intelegensi.
3. ROBERT J. STERNBERG, Teori ini lebih menekankan pada kesatuan dari berbagai aspek intelegensi sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori yang dikemukakan Sternberg dikenal dengan Teori Intelegensi Triarchic. Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :


a.    Intelegensi dan Dunia Internal seseorang;
b.    

Intelegensi dan Dunia Eksternal seseorang;


c.    Intelegensi dan Pengalaman.

Dalam memahami hakekat intelegensi, Maloney dan Ward, mengemukakan empat pendekatan umum yaitu:

1.    Pendekatan Teori Belajar

Inti pendekatan teori belajar mengenai masalah hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hokum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan individu untuk memperoleh bentuk-bentuk prilaku baru. Oleh karena itu dalam pendekatan ini para ahli lebih memusatkan perhatian pada perilaku yang tampak dan bahkan pada pengertian mengenai konsep mental intelegensi itu sendiri
2.    Pendekatan Neurobiologis

Pendekatan neurobiologis beranggapan bahwa intelegensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku intelegensi menurut pendekatan ini dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neuro fisiologisnya. Oleh karena itu dalam berbagai riset, selalu dipentingkan untuk melihat korelasi-korelasi intelegensi pada aspek-aspek anatomi, elektokimia atau fisiologi.


3.    Pendekatan Psikomotorik

Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan bahwa intelegensi merupakan suatu konstrak (construct) atau sifat (trart) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap dua arah study, yaitu pertama yang bersifat praktis dan lebih menekankan pada pemecahan masalah (problem solving) dan kedua adalah yang lebih menekankan pada konsep dan penyusunan teori.


4.    Pendekatan Teori Perkembangan. Dalam pendekatan teori perkembangan, studi intelegensi dipusatkan pada masalah perkembangan intelegensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu.


Beberapa istilah pengukuran intelegensi :



1. Skala-skala Binet Simon, dilakukan dengan cara mengukur lingkaran tempurung anak-anak;



2. Skala-skala Wechsler, Tes intelegensi yang dirancang kusus untuk digunakan bagi orang dewasa. Dinamai Wechsler-Belle Vae Intelegence Scale (WBIS) atau disebut juga skala W-B.



Meskipun terdapat berbagai pendapat para ahli dalam mendefinisikan intelegensi, namun pada dasarnya sama, yaitu intelegensi merupakan kekuatan yang dapat melengkapi akal pikiran manusia dengan gagasan abstrak yang universal untuk dijadikan sumber tunggal pengetahuan sejati.

Untuk setiap individu mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda, kekompleksan intelegensi ini dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, mulai dari faktor usia, kematangan pikiran dan pengetahuan dari individu yang bersangkutan.

Begitulah informasi yang bias saya sampaikan semoga bermanfaat J

Kamis, 12 Juni 2014

PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI


Pedagogi memiliki konsep belajar yang "teacher centered" dimana gurulah yang menjadi sumber informasi yang ada, gurulah yang bertugas memasukkan informasi itu kedalam pikiran siswa dan siswa bersifat pasif. Sedangkan andragogi memiliki konsep belajar "learner centered" dimana siswa yang lebih aktif mencari informasi dan saling berbagi ilmu dengan siswa lainnya, dan guru hanya bertugas sebagai fasilitator. Andragogi juga tidak terbatas pada ruang lingkup formal seperti sekolah, universitas atau kursunamun juga bisa pada kejadian sehari-hari. Pedagogi sendiri sistem pembelajaran yang memerlukan bantuan orang lain seperti guru atau pun orang tua. Disini saya akan memberikan contoh pedagogi saat saya TK dan SD, pada saat itu semua tersa sulit bagi saya. Pada saat TK saya belum bisa membaca, menulis. Pada saat itu saya belum mengenal bagaimana cara menulis dan membaca dan kemudia guru TK saya mengajarkan bagaimana cara membaca dan menulis baik dan benar. Sangat menyenangkan belajar ketika TK karena sistem pembelajarannya bermain sambil belajar. Sewaktu TK guru mengenalkan angka, huruf sambil bernyanyi dan itu sangat mudah diingat bagi saya. Ketika SD saya mulai diajarkan berhitung dengan bantuan guru saya dan guru SD saya. Padas saat SD sistem pembelajaran tidak sama seperti pada saat TK tidak ada lagi bermain ataupun bernyayi, seua terasa lebih serius. Saya memaximal kan usaha saya untuk berhitung dan membaca dengan baik pada saat SD agar tidak tertinggal dengan yang lain. Guru selalu memberikan tugas saat sekolah telah selesai. Orang tua saya juga berperan besar pada saat saya melewati masa ini mereka membantu saya mengerjarkan tugas-tugas saya dirumah. Setiap hari guru selalu mengingatkan akan tugas yang selalu dia berikan agar dikerjakan dengan benar dan itu sudah kewajiban kami. Kemudian saya masuk ke tahap SMP di masa ini guru sudah memberikan saya tugas kliping mengumpulkan guntingan-guntingan koran kemudian di tempelin di kertas hvs, biasanya sih itu tugas yang berbentuk sejarah atau informasi terkini. Awalnya saya juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas itu dan saya bertanya kepada mama atau kakak saya agar memberikan bantuan dan mereka membantu saya. Sewaktu SMA saya sudah diajarkan bagaimana persentasi dengan kelompok meskipun sewaktu SMA dulu belajar dengan presentasi sangat tidak efektif dan membosankan, biasanya teman-teman yang lain juga akan mengantuk sewaktu presentasi. Sewaktu SD, SMP, SMA guru berorientasi penuh, mengatur kelas, memberikan materi, mengatur tugas, dll. Guru saya dulu juga biasanya berusaha agar murid fokus ke dia. Guru juga sering memeriksa catatan dan pemahaman murid sewaktu belajar, jika catatannya tidak jelas biasanya akan dihukum. Saat SD juga contoh yang diberikan merupakan imajinasi dan yang dibuat-buat, tetapi masuk ke perkuliahan contoh yang diberikan merupakan masalah nyata dan fakta di tengah-tengah masyarakat, mungkin terjadi pada diri sendiri. pada masa kuliah dosen memberikan materi kepada kita dan menganggap kalau kita sudah mengerti dan memahami materi tersebut tanpa harus dituntun dan dibantu. Sistem pembelajaran ini sangat berbeda sekali dengan sistem pembelajaran saat SD, SMP, SMA dimana guru berperan dalam sistem pembelajaran kita. Awalnya saya mengalami kesulitan dengan deadline yang di berikan dosen kepada saya. Namun, saya bertanya kepada senior dan juga teman kampus saya karena di perkuliahan ini mahasiswa agar aktif dan pembelajaran mencari refrensi jugak tidak hanya dengan satu buku tetapi bias dengan buku lain atau internet. Dua pembelajaran ini bisa diterapkan dengan baik jika sudah memenuhi kriteria umur kronologis dan pemikiran orang masing-masing.